Oleh : Mita Nia Tirta
ABSTRAK DAN KATA KUNCI
Nia Tirta, Mita. 2013. Relevansi Shio Kuda Terhadap Watak Kenafsuan
(Rāga Carita) dan Keberuntungan (Labha) Menurut Agama Buddha. Artikel Ilmiah. Sekolah
Tinggi Ilmu Agama Buddha Jinarakkhita, Bandar Lampung.
Shio merupakan simbol binatang cina yang mewakili 12
siklus tahunan. Mereka mewakili konsep siklus waktu, tidak seperti konsep waktu
Barat yang diwakili dengan bintang-bintang. Setiap tahun di tandai dengan nama
binatang atau "shio" sesuai dengan siklus yang berputar : Tikus,
Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan
Babi.
Shio Kuda merupakan salah satu shio yang cenderung
bersifat pekerja keras, mandiri, selain pandai dan ramah cenderung egois dan
tajam dan harus menjaga diri agar tidak terlalu mementingkan diri sendiri.
Watak yang sering
disebut carita dalam ajaran Buddha terdiri
dari tujuh carita. Ketujuh carita memiliki watak masing-masing. Shio Kuda
cenderung pada raga carita (watak
kenafsuan atau keserakahan), seseorang ini memiliki kecenderungan terhadap objek-objek yang
menyenangkan. kemudian cenderung melaksanakan segala sesuatu berdasarkan nafsu
ketamakan. Ciri-ciri lainnya adalah mudah melupakan kesalahan orang lain,
cerdik, sombong, berambisi besar, mementingkan diri sendiri.
Masyarakat Cina mempunyai kepercayaan bahwa shio yang dimiliki oleh
seseorang berdasarkan tahun kelahirannya akan mempengaruhi keberuntungannya (labha). Sedangkan Buddha telah
menjelaskan bahwa keberuntungan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh
perbuatan dari dirinya sendiri yang sesuai dengan Dharma. Perbuatan bajik yang
telah dilakukan dalam kehidupan sebelumnya, saat ini ataupun yang akan datang.
Watak dan keberuntungan seseorang dalam agama Buddha tidak berhubungan dengan tahun kelahiran, karena di tahun yang sama banyak sekali pada kehidupan jaman Buddha ataupun saat ini meskipun lahir ditahun yang sama memiliki watak dan keberuntungan yang berbeda-beda. Watak seseorang dapat terbentuk berdasarkan dirinya sendiri untuk melakukan hal-hal yang patut ataupun tidak patut. Watak dan keberuntungan yang dimiliki oleh seseorang sesuai dengan ajaran Buddha tidaklah berasal dari hal-hal diluar dari dirinya sendiri seperti halnya shio, melainkan bersumber dari diri sendiri.
PENDAHULUAN
Shio merupakan simbol binatang Cina yang mewakili 12
siklus tahunan. Shio mewakili konsep siklus waktu, tidak seperti konsep waktu
Barat yang diwakili dengan bintang-bintang. Kalendar Bulan Cina dibuat
berdasarkan siklus dari bulan, dan dibuat dalam format berbeda dari kalendar
Barat yang berbasiskan Matahari. Dalam kalendar Cina, awal tahun dimulai antara
akhir Januari dan awal Februari.
Binatang tahun kelahiran akan mempengaruhi kepribadian dan kehidupan
seseorang serta alam semesta dan seluruh isinya. Tentang nama binatang dalam
zodiak Cina tersebut, ada sebuah pepatah Cina kuno yang menyebutkan bahwa
“inilah binatang yang tersembunyi di dalam lubuk hatimu”. Keberadaan setiap
Cabang Bumi selalu terpadu bersama satu dari lima unsur. Lima unsur tersebut,
yaitu Kayu yang diperintah oleh Planet Jupiter, Api oleh Planet Mars, Tanah
oleh Planet Saturnus, Logam oleh Planet Venus, dan Air oleh Planet Merkurius.
Setiap unsur dari lima unsur ini mempunyai watak yang berbeda. Kepercayaan akan adanya
12 macam shio sebagai penanda kelahiran seseorang bukanlah berasal dari tradisi
Buddhis apalagi Ajaran Buddha. Meskipun ada cerita Buddhis yang
melatarbelakangi terjadinya ke 12 shio tersebut, kebenaran cerita itu masih
perlu dipertanyakan kembali.
Keberuntungan merupakan keadaan seseorang yang bernasib
baik, memperoleh keberhasilan, bernasib baik, mujur, mendapat kebahagiaan.
Tradisi Cina mempunyai suatu kepercayaan bahwa shio yang dimiliki oleh
seseorang berdasarkan tahun kelahirannya akan mempengaruhi keberuntungannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keberuntungan merupakan keberhasilan.
Keberhasilan yang didapatkan dengan cara yang tidak diketahui dan tidak
diperkirakan sebelumnya. Tidak diperkirakan bagaimana keberhasilan itu
didapatkan dengan mudah dan tidak diduga.
Buddha telah menyatakan tentang
kehidupan seseorang ditentukan oleh perbuatannya, seseorang akan
menerima akibatnya sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Namun dalam tradisi
cina terdapat 12 shio yang dapat digunakan untuk mengetahui watak dan
keberuntungan seseorang berdasarkan tahun kelahirannya. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui bagaimana relevansi shio,
khususnya tentang seseorang yang memiliki shio kuda terhadap watak (carita) dan keberuntungan (labha) menurut agama Buddha.
BAGIAN INTI
A.
Kajian Shio Kuda dan Keberuntungan
(Labha)
Sesuai kepercayaan masyarakat Cina, kuda dipandang sebagai binatang yang
memiliki daya tahan sangat menakjubkan, mampu bekerja keras, dan memikul beban
yang amat berat. Shio Kuda mewarisi kekuatan tak kenal lelah sebagai seekor
kuda. Pemilik Shio Kuda memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tak kenal
lelah, dan cinta akan kebebasan. Tak ada yang bisa mengekangnya, pribadi yang
bebas, bahkan sekalipun orang tuanya sendiri. Shio Kuda memiliki keangkuhan,
punya ketajaman pemikiran alami, pantang menyerah, dan mampu mengatasi
kesulitan apa pun. Pemilik Shio kuda sangat berbakat untuk menjadi atlet handal
karena fisiknya yang tegap, tangkas, enerjik, dan stamina yang luar biasa.
Gayanya luwes, refleksnya spontan, dan gaya bicaranya cepat.
Shio Kuda mampu membuat keputusan dengan cepat meski emosinya sedang labil.
Shio Kuda tidak mau tunduk pada norma. Sosok yang mandiri, optimis, dan suka
humor. Shio Kuda suka melakukan tindakan berlebihan untuk menarik perhatian,
memamerkan diri, dan memikat orang lain dengan pesonanya. Shio Kuda sangat
ringan tangan tidak ragu-ragu membantu. Kekurangan Shio Kuda adalah
meninggalkan masalah begitu saja dan melarikan diri dari tanggung jawab.
Ditinjau dari keberuntungan, Shio Kuda menginginkan segalanya berjalan
sesuai keinginannya. Egonya menginginkan rumah tangga dan lingkungannya
berputar mengelilinginya sebagai pusatnya. Shio Kuda tahu persis ke mana harus
mencari rezeki. Shio Kuda tidak akan mengikat kontrak sepihak, kecuali sudah
yakin dan percaya dengan pihak tersebut.
B.
Watak Kenafsuan (Rāga carita)
Shio kuda merupakan salah satu
shio yang memiliki kelahiran pada tahun dibawah ini:
3 Feb 1954 - 23 Jan 1955 Kuda Kayu
21 Jan 1966 - 8 Feb 1967 Kuda
Api
7 Feb 1978 - 27 Jan 1979 Kuda Tanah
27 Jan 1990 - 14 Feb 1991 Kuda Logam
12 Feb 2002 - 31
Jan 2003 Kuda Air
Shio kuda memiliki watak kenafsuan. Watak atau karakter merupakan strukur
batin manusia yang tampak pada tingkah laku dan perbuatannya, yang tertentu dan
tetap. Watak dapat diartikan sebagai batin manusia yang nampak dalam tindakan
tertentu dan tetap baik tindakan itu baik maupun buruk. Lebih dari temperamen
yang sangat dipengaruhi oleh kontitusi tubuh dan pembawaannya lainnya maka
watak atau karakter lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti
pengalaman, pendidikan, intelijensi, dan kemauan.
Setiap
orang yang dilahirkan memiliki watak
yang berbeda-beda. Watak menjadi kepribadian dari seseorang tersebut yang akan
membentuk masa depannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia watak merupakan
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku. Para ahli psikologi pada umumnya
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kepribadian itu tidak hanya mengenai
tingkah laku yang dapat diamati saja, tetapi juga termasuk di dalam diri
individu. Jadi, selain tingkah laku yang tampak perlu diketahui faktor yang
mendasari pernyataan tingkah laku tersebut, salah satunya adalah watak. Watak
merupakan hasil belajar, walaupun berdasarkan bawaan (Hurlock, 1978:239).
Pada ajaran Buddha watak manusia terbagi dalam enam watak
atau kecenderungan, yakni: watak kenafsuan atau keserakahan (Rāga-carita), watak
kebencian (Dosa-carita),
watak kebodohan (Moha-carita),
cenderung kuat keyakinannya (Saddha-carita),
watak keintelekan (Buddhi-carita), dan cenderung suka melamun (Vitakka-carita) dimana setiap watak
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Panjika, 2004: 210).
Orang
yang lahir dengan watak kenafsuan (rāga
carita) adalah sensitif dengan nilai-nilai keindahan dan keharmonisan,
mudah sekali terpengaruh oleh kecantikan wanita (atau ketampanan lelaki), dan
juga akan keindahan musik, litelatur dan lain-lain yang pada umumnya
menimbulkan perasaan kesenangan indera.
Orang
dengan rāga-carita mempunyai kecenderungan terhadap objek-objek yang
menyenangkan. Cenderung melaksanakan segala sesuatu berdasarkan nafsu
ketamakan. Dalam hal ini batinnya gampang menyukai keindahan dan kecantikan dan
mudah kagum bahkan terhadap sesuatu dengan aspek yang kecil sekali pun.
Menyenangi pemandangan yang indah, suara merdu, wewangian, menikmati kenikmatan
dari sentuhan, rasa lezat dari makanan. Ciri-ciri lainnya adalah mudah
melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambisi besar, mementingkan
diri sendiri.
C.
Relevansi Shio Kuda Terhadap
Watak Kenafsuan (raga carita) dan
Keberuntungan (labha) Menurut Agama
Buddha
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh Shio kuda,
penulis berpandangan bahwa karakteristik tersebut sesuai dengan watak kenafsuan
(raga carita) dalam agama
Buddha. Pemilik Shio Kuda memiliki rasa
percaya diri yang tinggi, tak kenal lelah, dan cinta akan kebebasan. Tak ada
yang bisa mengekangnya. Pemilik shio
kuda adalah pribadi yang bebas, bahkan sekalipun orang tuanya sendiri. Shio
Kuda memiliki keangkuhan, punya ketajaman pemikiran alami, pantang menyerah,
dan mampu mengatasi kesulitan apa pun. Karakteristik ini sesuai dengan raga carita yang lebih menyukai pada
hal-hal yang dapat menyenangkan indera.
Jika ditinjau dari keuntungan (labha) yang diperoleh, orang yang memiliki shio kuda cenderung
beruntung. Contohnya adalah Bapak motivator nomor satu di Indonesia yaitu Bapak
Andrie Wongso yang lahir pada tahun 1954, beliau memiliki shio kuda. Beliau
benar-benar dapat menjadi sukses dengan usahanya sendiri. Dari contoh tersebut,
pandangan tentang shio kuda dapat dianggap benar, karena Andrie Wongso sesuai
dengan ketentuan shio yang dimiliki beliau, yaitu sangat optimis dan dengan
caranya sendiri dapat mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan dengan
perjuangan yang sangat keras dan ketekunan. Meskipun demikian, pada faktanya
dalam kehidupan masyarakat banyak yang lahir ditahun itu memiliki kehidupan
yang memprihatinkan dan tidak mendapatkan keberuntungan seperti Bapak Andrie
Wongso. Tidak sesuai dengan keberuntungan pada shionya.
Menurut Buddha, segala sesuatu termasuk keberuntungan
sangat bergantung pada karma masa lampau dan dirinya sendiri. Jika pada
kehidupan lampau orang banyak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, maka
keberuntungan akan didapat pada kehidupan ini. Suka dan duka seseorang
ditentukan oleh kammanya sendiri, bukan karena perbedaan tahun kelahiran. Jalan kehidupan seseorang akan
berubah secara alami jika buah karmanya telah matang, karena setiap orang akan
mewarisi karmanya masing-masing.
Maka dari hal tersebut, shio yang dimiliki oleh seseorang
bukan yang menentukan keberuntungan seseorang tetapi pada karma yang dimiliki
oleh masing-masing orang tersebut. Seperti yang disabdakan Buddha dalam Culakammavibhanga Sutta berikut :
"Setiap
makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, bersaudara dengan
karmanya sendiri dan dilindungi oleh karmanya sendiri. Karma yang menentukan
makhluk-makhluk, menjadikan mereka hina dan mulia" (Majjhima Nikaya, 55 ).
Buddha juga telah menjelaskan keberuntungan yang dimiliki
oleh seseorang dipengaruhi oleh perbuatan dari dirinya sendiri yang sesuai
dengan Dharma. Perbuatan bajik yang telah dilakukan dalam kehidupan sebelumnya,
saat ini ataupun yang akan datang. Seperti sabda Buddha berikut ini:
"Engkau
masing-masing wajib membuat
dirimu sendiri sebagai pulaumu, dirimu sendiri dan bukan hal-hal yang lain
sebagai perlindunganmu ; masing-masing kamu wajib membuat Dhamma sebagai
pulaumu, hanya Dhamma dan bukan hal-hal yang lain sebagai
perlindunganmu." (Samyutta Nikaya 47 : 13).
Menurut Buddha, untuk memperoleh jasa kebajikan orang harus banyak
melakukan perbuatan baik. Hal ini seperti yang beliau sabdakan bahwa: “engkau
harus mempersembahkan makanan dan minuman lain kepada pertapa agung yang telah
mantap, yang bebas dari kekotoran mental dan penyesalan. Itu merupakan ladang
bagi dia yang mencari jasa kebajikan” (Sutta
nipata, 82).
PENUTUP
Berdasarkan kajian di atas bahwa relevansi antara Shio
yang selama ini sudah menjadi kepercayaan bagi masyarakat Cina dapat dipercaya
atau tidak dipercaya. Dimana dalam tradisi Cina shio akan mempengaruhi watak
dan keberuntungan yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan shio yang dimiliki
di tahun kelahirannya. Namun pada realitanya kehidupan masyarakat semua belum dapat
dikatakan benar, karena banyak orang-orang yang tidak memiliki keberuntungan
sebagaimana yang dijelaskan berdasarkan shio.
Keberuntungan tentang hidup yang dijalani dalam kehidupan
ini akan dipengaruhi oleh karma masing-masing yang telah diperbuat. Sesuai
dengan ajaran Buddha bahwa watak dan keberuntungan yang dimiliki oleh seseorang
tidaklah berasal dari hal-hal diluar dari dirinya sendiri melainkan bersumber
dari diri sendiri.
DAFTAR REFERENSI
Dhammapada (the Word of the Doctrine). Translated by Norman.
2000. Oxford: The Pali Text Society
Hurlock.1978. Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga.
Majjhima Nikaya (The Middle Lenght Sayings) Vol.II. Translated by
I.B. Horner. 1989. London: The Pali Text Society
Panjika.2004. Kamus Umum Buddha Dharma. Tri Sattva
Buddhist Centre:Jakarta Barat.
The Gradual Sayings Vol IV (Anguttara Nikaya). Translated By Woodward,
F.L dan Hare, E.M.1971-1978. London:The Pali Text Society.
The Word of The Doctrine (Dhammapada). Translated By Norman. 2000.
Oxford: The Pali Text Society
Tim penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka :Jakarta.
Sutta Nipata. Terjemahan Lany Anggawati dan Wena Cintiawati. 1999.
Klaten: Vihara Bodhivamsa.
Wang Lina.2013.Melejitkan Karir dan Bisnis Berdasarkan Shio.
Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar